This is default featured post 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured post 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured post 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured post 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured post 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Senin, 20 Juni 2011

Download Software: Al-Qur’an Syamilah (4 Qori’, Tafsir, Tajwid, Pencarian, dll)


Software: Al-Qur’an Syamilah (4 Qori’, Tafsir, Tajwid, Pencarian, dll)


Keunggulan:

  • Dikemas dalam 3 bahasa (arab, inggris, dan Perancis)
  • Bacaan Al-Qur’an 30 Juz oleh 4 Qori’ ternama (Ali Hudzaifi, Sudais dan Syuraim, Ahmad Al-’Ajmi, dan Sa’d Al-Ghomidi)
  • Tersedia 4 tafsir Al-Qur’an dan Asbabun Nuzul
  • Do’a khatam Al-Qur’an oleh 4 qori’ diatas.
  • Tambahan beberapa surat Juz ‘Amma pilihan oleh 5 qori’ unggulan (Musyari, Muhaisini, Qohthoni, Asy-Syatiri, Al-Mathrud)
  • Hukum-hukum tajwid
  • Program tahfizh (untuk tujuan menghafal bisa mengulang-ulang ayat yang anda inginkan dari qori’ yang tersedia diatas).
  • Pencarian ayat yang anda inginkan.
  • Anda bisa berpindah dari surat kelainnya, atau ayat, atau halaman mushaf.
  • Dan beberapa keunggulan lainnya.
Maka tidaklah rugi apabila anda segera mendownload program ini dan menginstallnya ke PC anda….

Penting…

File ini dibagi menjadi 12 bagian. Anda harus berhasil mengunduh kesemuanya kemudian di kestrak kedalam satu folder.
Apabla anda menemui kesulitan dalam penginstalan atau selainnya, bisa hubungi kami di blog ini…

Link Download

Dibagi menjadi 12 bagian, pilih salah satu link dibawah ini:

http://www.mediafire.com

zshare (dalam satu link 594.58MB)

Al Qur'an


Al-Qur'an

Al-Fatihah merupakan surah pertama dalam Al-Qur'an
Al-Qur'an adalah kitab suci ummat Islam yang diwahyukan Allah kepada Muhammad melalui perantaraan Malaikat Jibril. Secara harfiah Qur'an berarti bacaan. Namun walau terdengar merujuk ke sebuah buku/kitab, ummat Islam merujuk Al-Qur'an sendiri lebih pada kata-kata atau kalimat di dalamnya, bukan pada bentuk fisiknya sebagai hasil cetakan.
Umat Islam percaya bahwa Al-Qur'an disampaikan kepada Muhammad melalui malaikat Jibril. Penurunannya sendiri terjadi secara bertahap antara tahun 610 hingga hingga wafatnya beliau 632 M. Walau Al-Qur'an lebih banyak ditransfer melalui hafalan, namun sebagai tambahan banyak pengikut Islam pada masa itu yang menuliskannya pada tulang, batu-batu dan dedaunan.
Umat Islam percaya bahwa Al-Qur'an yang ada saat ini persis sama dengan yang disampaikan kepada Muhammad, kemudian disampaikan lagi kepada pengikutnya, yang kemudian menghapalkan dan menulis isi Al Qur'an tersebut. Secara umum para ulama menyepakati bahwa versi Al-Qur'an yang ada saat ini, pertama kali dikompilasi pada masakekhalifahan Utsman bin Affan (khalifah Islam ke-3) yang berkisar antara 650 hingga 656 M.Utsman bin Affan kemudian mengirimkan duplikat dari versi kompilasi ini ke seluruh penjuru kekuasaan Islam pada masa itu dan memerintahkan agar semua versi selain itu dimusnahkan untuk keseragaman.[22]
Al-Qur'an memiliki 114 surah , dan sejumlah 6.236 ayat (terdapat perbedaan tergantung cara menghitung).[23] Hampir semua Muslim menghafal setidaknya beberapa bagian dari keseluruhan Al-Qur'an, mereka yang menghafal keseluruhan Al-Qur'an dikenal sebagai hafiz(jamak:huffaz). Pencapaian ini bukanlah sesuatu yang jarang, dipercayai bahwa saat ini terdapat jutaan penghapal Al-Qur'an diseluruh dunia. Di Indonesia ada lomba Musabaqah Tilawatil Qur'an yaitu lomba membaca Al-Qur'an dengan tartil atau baik dan benar. Yang membacakan disebut Qari (pria) atau Qariah (wanita).
Muslim juga percaya bahwa Al-Qur'an hanya berbahasa Arab. Hasil terjemahan dari Al-Qur'an ke berbagai bahasa tidak merupakan Al-Qur'an itu sendiri. Oleh karena itu terjemahan hanya memiliki kedudukan sebagai komentar terhadap Al-Qur'an ataupun hasil usaha mencari makna Al-Qur'an, tetapi bukan Al-Qur'an itu sendiri.

Masjidil Aqsa


Masjid Al-Aqsa

Masjid Al-Aqsa, juga ditulis Al-Aqsha (bahasa Arab:المسجد الاقصى Al-Masjid Al-Aqsha , arti harfiah: "masjid terjauh") adalah salah satu tempat suci agama Islam yang menjadi bagian dari kompleks bangunan suci di Kota Lama Yerusalem (Yerusalem Timur). Kompleks tempat masjid ini (di dalamnya juga termasuk Kubah Batu) dikenal oleh umat Islam dengan sebutan Al-Haram Asy-Syarifatau "tanah suci yang mulia". Tempat ini oleh umat Yahudi dan Kristen dikenal pula dengan sebutan Bait Suci (bahasa Ibraniהַר הַבַּיִתHar haBáyitbahasa Inggris:Temple Mount), suatu tempat paling suci dalam agama Yahudi yang umumnya dipercaya merupakan tempat Bait Pertama dan Bait Kedua dahulu pernah berdiri.[2][3]
Masjid Al-Aqsa secara luas dianggap sebagai tempat suci ketiga oleh umat Islam. Muslim percaya bahwa Muhammad diangkat ke Sidratul Muntaha dari tempat ini setelah sebelumnya dibawa dari Masjid Al-Haram di Mekkah ke Al-Aqsa dalam peristiwa Isra' Mi'raj.[4] Kitab-kitab hadist menjelaskan bahwa Muhammad mengajarkan umat Islam berkiblat ke arah Masjid Al-Aqsa (Baitul Maqdis) hingga 17 bulan setelah hijrah ke Madinah. Setelah itu kiblat salat adalah Ka'bah di dalam Masjidil Haram, Mekkah, hingga sekarang.[5] Pengertian Masjid Al-Aqsa pada peristiwa Isra' Mi'raj dalam Al-Qur'an (Surah Al-Isra' ayat 1) meliputi seluruh kawasan Al-Haram Asy-Syarif.[6]
Masjid Al-Aqsa pada awalnya adalah rumah ibadah kecil yang didirikan oleh Umar bin Khattab, salah seorang Khulafaur Rasyidin, tetapi telah diperbaiki dan dibangun kembali oleh khalifah Umayyah Abdul Malik dan diselesaikan oleh putranya Al-Walidpada tahun 705 Masehi.[7] Setelah gempa bumi tahun 746, masjid ini hancur seluruhnya dan dibangun kembali oleh khalifah Abbasiyah Al-Mansur pada tahun 754, dan dikembangkan lagi oleh penggantinya Al-Mahdi pada tahun 780. Gempa berikutnya menghancurkan sebahagian besar Al-Aqsa pada tahun 1033, namun dua tahun kemudian khalifah Fatimiyyah Ali Azh-Zhahir membangun kembali masjid ini yang masih tetap berdiri hingga kini. Dalam berbagai renovasi berkala yang dilakukan, berbagai dinasti kekhalifahan Islam telah melakukan penambahan terhadap masjid dan kawasan sekitarnya, antara lain pada bagian kubahfasadmimbarmenara, dan interior bangunan. Ketika Tentara Salib menaklukkan Yerusalem pada tahun 1099, mereka menggunakan masjid ini sebagai istana dan gereja, namun fungsi masjid dikembalikan seperti semula setelah Shalahuddin merebut kembali kota itu. Renovasi, perbaikan, dan penambahan lebih lanjut dilakukan pada abad-abad kemudian oleh para penguasa AyyubiyahMamlukUtsmaniyahMajelis Tinggi Islam, dan Yordania. Saat ini, Kota Lama Yerusalem berada di bawah pengawasan Israel, tetapi masjid ini tetap berada di bawah perwalian lembaga wakaf Islam pimpinan orang Palestina.
Pembakaran Masjid Al-Aqsa pada tanggal 21 Agustus 1969 telah mendorong berdirinya Organisasi Konferensi Islam yang saat ini beranggotakan 57 negara. Pembakaran tersebut juga menyebabkan mimbar kuno Shalahuddin Al-Ayyubi terbakar habis. Dinasti Bani Hasyim penguasa Kerajaan Yordania telah menggantinya dengan mimbar baru yang dikerjakan di Yordania[8], meskipun ada pula yang menyatakan bahwa mimbar buatan Jepara digunakan di masjid ini.[9][10]

Menjadi Muslim Terbaik


Sebagai pemeluk Islam, tak salah jika kita merenungkan tentang kualitas keimanan dan keislaman yang kita miliki saat ini. Bahkan, renungan seperti ini lazimnya selalu bergejolak dalam diri kita supaya mampu tampil menjadi yang terbaik di sisi Allah. Hal ini merupakan sebuah keniscayaan. Karena, sering kali, mayoritas umat ini telah merasa cukup dan merasa puas terhadap ibadah yang telah dilakukannya. Atau, karena faktor lingkungan yang sudah terkondisikan sedemikian rupa, sehingga timbul rasa malas dan enggan untuk melakukan muhasabah atas keimanan dan keislaman yang bersemayam dalam hati kita.

Telah kita pahami, bahwa iman selalu mengalami pasang surut. Iman bertambah dengan taat dan berkurang dengan maksiat. Oleh karena itu, Rasulullah memotivasi umatnya agar senantiasa memperbarui keimanan dengan cara menjalankan ibadah yang telah dianjurkan dalam Islam, yang sesuai dengan Al-Qur’an dan Sunnah.

Seorang muslim yang baik, seyogianya selalu meningkatkan kualitas ibadah yang dilakukannya. Rasulullah mengingatkan, "Barang siapa yang keadaan amalnya hari ini lebih jelek dari hari kemarin, maka ia terlaknat. Barang siapa yang hari ini sama dengan hari kemarin, maka ia termasuk orang yang merugi. Dan barang siapa yang hari ini lebih baik dari hari kemarin, maka ia termasuk orang yang beruntung." (HR. Bukhari).

Hadits di atas harus menjadi cambuk bagi kita untuk senantiasa giat beramal dan berupaya meningkatkannya setiap saat. Oleh karena itu, tidaklah mengherankan jika dalam salah satu ayat Allah memerintahkan orang-orang yang beriman agar kembali beriman. Perintah ini menunjukkan bahwa keimanan yang dimiliki orang-orang beriman masih memiliki banyak kekurangan serta kelemahan, sehingga harus senantiasa dibenahi dan ditingkatkan lagi agar lebih baik dari sebelumnya.

Bentengi Diri dengan Iman

Perkembangan teknologi akhir-akhir ini, menjadikan dunia yang amat luas di era globalisasi ini menjadi sempit, mengecil, dan terbatas. Perubahan ini tentu saja berdampak positif dan negatif bagi kelangsungan hidup seorang muslim. Dampak negatif dari perubahan dan pergeseran zaman mampu mengguncang, menggeser, dan mengikis habis nilai-nilai moral dan iman. Bahkan, lebih jauh dari itu dapat menghancurkan masa depan dan peradaban manusia.

Oleh karena itu, seorang muslim harus membentengi diri dengan keimanan dan keislaman yang kuat. Tanpa iman yang kokoh kehidupan seorang muslim akan terombang-ambing dan bisa berujung pada kehancuran. Iman adalah pelita, yang menjadi penerang dan petunjuk pada jalan yang lurus.


Menjadi Muslim Terbaik

Perjalanan waktu harus memiliki arah positif bagi kaum muslimin, yaitu bagaimana kita mampu tampil ke depan, menjadi sosok individu yang saleh, dan mampu menjadi teladan dan panutan bagi orang lain. Seorang sahabat pernah bertanya kepada Rasulullah, "Muslim bagaimana yang paling baik itu?" Rasul menjawab, "Yaitu seorang muslim yang membuat orang-orang muslim atau lainnya selamat dari gangguan, kejahatan lisan, dan tangannya." (HR Muslim).

Muslim terbaik sebagaimana ditegaskan hadits di atas adalah mereka yang mampu menjaga lisan, mampu menahan diri dan perbuatannya untuk tidak menyakiti orang lain, tidak menzalimi dan menganiaya makhluk ciptaan-Nya. Mereka adalah profil individu yang mampu menciptakan ketenangan, kedamaian, dapat melestarikan alam ciptaan Allah serta menjaganya dari kerusakan. Seorang muslim sejati adalah mereka yang selamat di dunia dan akhirat dan mampu menyelamatkan orang lain.

Rasulullah mengibaratkan kehidupan seorang muslim bak lebah, yang hanya menghisap sari pati bunga yang cantik nan harum semerbak, hingga hanya menghasilkan sesuatu yang besar manfaatnya bagi manusia, yaitu madu. Makna implisitnya, seorang muslim di mana pun dia berada dan kapan pun harus memberi manfaat bagi lainnya, tidak menjadi sampah dan parasit yang merugikan.

Muslim yang paling baik adalah mereka yang bermanfaat bagi orang lain. Kehadirannya selalu dinantikan, kebaikannya selalu diberikan kepada siapa saja tanpa pandang bulu, senang membantu yang susah tanpa pamrih. Karena itu orang selalu mendambakan dan selalu aman hidup bersamanya.

Dalam konteks lain, Rasulullah menjelaskan bahwa muslim yang baik adalah mereka yang panjang usianya kemudian banyak beramal salih. Hari demi hari selalu diisi dengan prestasi ibadah yang tiada henti. Di samping itu, Al-Qur’an telah menjelaskan secara jelas bahwa kriteria umat terbaik ialah mereka yang mampu menegakkan amar makruf nahi mungkar dan beriman kepada Allah.

Maka, mari kita bangkit dari keterpurukan. Kita harus mampu tampil menjadi individu yang bermanfaat. Memiliki kasih sayang kepada makhluk ciptaan Allah, mampu menjadi panutan, menebar kebaikan, banyak beribadah, bertakwa kepada Allah, dan memiliki komitmen untuk menegakkan amar makruf nahi mungkar

Manfaat Teknologi dari Sudut pandang Islam

Pengembangan teknologi memerlukan usaha secara sungguh­ sungguh, baik dalam bentuk penemuan sains sebagai basisnya, maupun penerapan dan pengembangan sains tersebut dalam bentuk teknologi. Usaha pengembangan teknologi tersebut dilakukan karena diyakini memiliki manfaat yang dibutuhkan dalam kehidupan manusia. Di antara manfaat‑manfaat teknologi tersebut adalah :
a.  Memperoleh Kemudahan
Kemampuan fisik manusia untuk meraih berbagai kebutuhan hidup sangat terbatas. Pandangan mata, pendengaran telinga manusia terbatas, begitu pula kekuatan dan keterampilan tangan dan kakinya. Kemampuan fisik manusia itu tidak sebanding dengan kebutuhan yang diinginkan. Tetapi manusia sebagai khalifah Allah diberikan kemampuan akal‑pikiran untuk memanfaatkannya menemukan cara‑cara yang tepat dan efektif guna meraih kebutuhan hidup yang tidak mungkin dicapai melalui kemampuan fisik semata. Akal‑pikiran manusia mampu mendayagunakan segala yang Allah ciptakan di bumi ini. Kemampuan itu memang telah ditentukan oleh Allah Swt sebagaimana Allah nyatakan dalam firman‑Nya

وَسَخَّرَ لَكُمْ مَا فِي السَّمَوَاتِ وَمَا فِي اْلأَرْضِ جَمِيعًا مِنْهُ إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُوْنَ (الجاثية : 13)

Artinya:      “Dan  Dia  menundukkan  untukmu apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi semuanya, (sebagai rahmat) daripada-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi kaum yang berpikir (QS. Al-Jatsiyah (45):13).
Menurut Quraish Shihah dalam Wawasan Al-Qur’an, kata sakhara dalam ayat tersebut arti harfiahnya menundukkan atau merendahkan, maksudnya adalah agar alam raya dengan segala, manfaat yang dapat diraih darinya harus tunduk dan dianggap sebagai sesuatu yang posisinya di bawah manusia. Karen aitu tidak wajar apabila hal itu justru terbalik, artinya tidak wajar sendiri telah ditundukkan untuk manusia. Kepasrahan atau ketundukan manusia kepada sesuatu yang lebih rendah, yang ditundukkan kepada manusia adalah suatu sikap yang tidak wajar, yang bertentangan dengan maksud Allah, karena manusia sebagai khalifah-Nya memiliki derajat yang lebih tinggi dibandingkan dengan segala makhluk yang Allah ciptaan.
Memperoleh kemudahan dalam hidup dengan mengembangkan potensi diri dan dengan memanfaatkan segala yang Allah tundukkan bagi manusia di alam ini sejalan dengan kehendak Allah. Allah menghendaki manusia memperoleh kemudahan, dan tidak menghendaki menghadapi kesusahan hidup. Hal itu dinyatakan oleh Allah dalam firman-Nya:

… يُرِيْدُ اللهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلاَ يُرِيْدُ بِكُمُ الْعُسْرَ … (البقرة : 185)

Artinya:      “Allah menghendaki kemudahan bagimu,  dan tidak menghendaki kesukaran bagimu” (QS. Al-Baqarah (2) :185).
Allah menyatakan, bahwa memang Allah sengaja memberikan berbagai kemudahan kepada manusia agar manusia hidup dengan mudah.

وَنُيَسِّرُكَ لِلْيُسْرَى. (الأعلى : 

Artinya:      “Dan Kami memberimu kemudahan agar kamu memperoleh kemudahan”. (QS. al‑A’la (87) : 8).
b. Mengenal dan Mengagungkan Allah.
Apabila manusia mampu menghayati akan makna sains dan teknologi yang dikembangkannya, bahwa sernua itu bukan semata‑mata karena faktor diri pribadi manusia, tetapi ada faktor lain di luar dirinya, maka manusia akan memperoleh jalan untuk mengenal sesuatu yang lain di luar dirinya itu, yaitu Yang Maha Agung, Yang Maha Kuasa, dan Yang Maha Bijaksana, yaitu Allah SWT. Kesempurnaan alam dengan struktur dan sistemnya tidak bisa dibayangkan akan terbentuk dengan sempurna apabila tidak ada kesengajaan pihak lain, yaitu Yang Maka Kuasa dan Maha Sempurna. Semakin luas dan dalam pengetahuan manusia akan rahasia alam ini, maka semakin dekat manusia untuk mengenal Pencipta alam ini, yaitu Allah, Sang Khalik. Ketika pertama manusia mengembangkan teknologi bangunan, manusia telah diberikan contoh langit yang tinggi, yang luas dan kokoh, yang tidak takut akan runtuh. Begitu pula ketika manusia mengembangkan teknologi pesawat udara, Allah telah memberikan contoh bagaimana burung bisa terbang di angkasa dengan stabil, mampu mempertahankan keseimbangan tanpa takut jatuh, dan lain sebagainya. Karena itu ketika menerangkan berbagai struktur di alam ini, Allah menyatakan bahwa semua itu menjadi pelajaran bagi manusia untuk lebih mengenal dan mengangungkan Allah penciptanya. Hal itu dapat kita pahami dari berbagai ayat Al-Qur’an, diantaranya:
أَفَلاَ يَنْظُرُوْنَ إِلَى اْلإِبِلِ كَيْفَ خُلِقَتْ (17)
وَإِلَى السَّمَاءِ كَيْفَ رُفِعَتْ (18)
وَإِلَى الْجِبَالِ كَيْفَ نُصِبَتْ (19)
وَإِلَى اْلأَرْضِ كَيْفَ سُطِحَتْ (20)
فَذَكِّرْ إِنَّمَا أَنْتَ مُذَكِّرٌ (21) سورة الغاشية
Artinya:      (17)    Maka apakah mereka tidak memperhatikan unta, bagaimana dia diciptakan?
(18)        Dan langit, bagaimana dia ditinggikan?
(19)        Dan gunung-gunung, bagaimana dia ditegakkan?
(20)        Dan bumi, bagaimana dia dihamparkan?
(21)        Maka berilah peringatan, karena sesungguhnya kamu hanyalah orang yang memberikan peringatan. (QS. Al-Ghasiyah (88): 17-21).
Dalam firman Allah menyatakan:
إِنَّ فِي خَلْقِ السَّمَوَاتِ وَاْلأَرْضِ وَاخْتِلاَفِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ لَآيَاتٍ لِأُولِي الْأَلْبَابِ. (ال عمران : 190)
Artinya:      “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda‑tanda  bagi orang yang berakal “. (QS. Ali Imran (3) : 190).
Teknologi, dan juga sains hanyalah sarana untuk lebih meningkatkan pengenalan manusia kepada Allah Penciptanya. Kebesaran Allah akan lebih jelas bagi orang yang berpengetahuan dibandingkan dengan orang yang kurang pengetahuannya. Karena itu Allah menyatakan :
… إِنَّمَا يَخْشَى اللهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمَؤُا … (فاطر : 28)
Artinya:        “Sesungguhnya orang yang takut kepada Allah di antara hamba hainba‑Nya, hanyalah orang yang berilmu pengetahuan”. QS. Fathir (35) : 28).
c. Meningkatkan Kualitas Pengabdian Kepada Allah
Manusia diciptakan oleh Allah hanyalah untuk mengabdi kepada‑Nya. Demikian dinyatakan oleh Allah dalam firman­-Nya:

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَاْلإِنْسَ إِلاَّ لِيَعْبُدُوْنِ. (الذاريات : 56)

Artinya:        “Dan tidaklah Au menciptakan jin dan manusia melainkan untuk mengabdi kepada-Ku”. (QS. al‑ Dzariyat (51) : 56).
Seluruh aktivitas hidup manusia hendaknya diwujudkan sebagai pelaksanaan pengabdian kepada Allah tersebut. Pengabdian manusia kepada Allah di sini adalah pengabdian dalam arti luas, yaitu seluruh aktivitas, yang memenuhi kriteria (1) diniatkan untuk menaati aturan Allah; (2) dilakukan dengan mengikuti ketentuan yang diberikan alah, baik dalam bentuk kegiatan yang telah ditentukan tata caranya maupun dalam bentuk penggalian jenis kegiatan yang bermanfaat yang sejalan dengan nilai-nilai kebenaran yang ditunjukkan Allah; dan (3) dimaksudkan untuk memperoleh ridha Allah.
Nilai sebuah pengabdian manusia kepada aalah membuat manusia harus mengesampingkan kesenangan atau kepuasan pribadi, dengan catatan bahwa apa yang Allah ridhai bagi manusia adalah sesuatu yang terbaik bagi manusia. Allah Maha Tahu akan segala sesuatu yang paling bermanfaat bagi manusia, dan Allah tidak menginginkan kesenangan-Nya sendiri dengan mengorbankan kepentingan manusia. Alah Maha Kaya dan Maha Kuasa sehingga Dia tidak menginginkan apapun dari pengabdian manusia kepada-Nya. Kewajiban yang Allah berikan pada manusia untuk mengabdi kepada-Nya adalah untuk kepentingan manusia sendiri, untuk kemaslahatan manusia.
Teknologi apabila dirancang dan dimanfaatkan secara benar dalam konteks tugas pengabdian manusia tersebut, maka teknologi diyakini akan mampu meningkatkan kualitas pengabdiannya kepada Allah. Jam misalnya, adalah produk teknologi yang dimanfaatkan oleh umat Islam setiap hari untukl mengetahui waktu-waktu shalat sehingga umat Islam dapat menunaikan ibadah shalat tepat pada waktunya, begitu pula kompas dimanfaatkan untuk mengetahui arah kiblat sehingga tidak terjadi salah arah dalam shalat. Dalam hal produk teknologi pangan, dengan banyaknya produk makanan yang beredar di masyarakat, kita mampu mengetahui komponen‑komponen yang dipergunakan sebagai bahan, proses pembuatannya, sehingga kita dapat mengetahui apakah makanan yang kita konsumsi itu halal atau haram, begitu pula dengan produk‑produk teknologi lainnya.
Apabila berbagai kemajuan yang dicapai manusia diniatkan dan diarahkan untuk kepentingan peningkatan kualitas pengabdiannya kepada Allah, maka kemajuan yang dicapai itu tidak membuat manusia menjadi lalai akan tugas kehidupannya. Karena itu Allah memerintahkan dalam firman‑Nya:
قُلْ إِنَّ صَلاَتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي ِللهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ؟ (الأنعام : 162)
Artinya :     “Katakanlah: “Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku, dan matiku, hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam”. (QS. al‑An’am (6) : 162).
d. Memperoleh Kesenangan dan Kebahagiaan Hidup
Kemudahan‑kemudahan yang diperoleh manusia melalui pemanfaatan teknologi membuat manusia dapat memperoleh kesenangan dan kebahagiaan hidup serta tetap dalam koridor kesenangan dan kebahagiaan yang halal, yang diridhai Allah. Allah tidak menghendaki manusia hidup susah, tetapi sebaliknya Allah menghendaki manusia hidup senang, hidup bahagia. Ketika Allah menempatkan Adam dan istrinya di bumi, Allah berfirman:
… وَلَكُمْ فِي اْلأَرْضِ مُسْتَقَرٌّ وَمَتَاعٌ إِلَى حِيْنٍ. (البقرة : 36)
Artinya: “ …. dan bagi kamu ada tempat kediaman di bumi, dan kesenangan hidup sampai waktu yang ditentukan” (Qs. Al-Baqarah (2): 36).
Untuk memperoleh kesenangan dan kebahagiaan hidup yang disediakan oleh Allah itu, manusia diberikan sarana kebutuhan yang serba lengkap di bumi, sebagaimana Allah nyatakan:

هُوَ الَّذِيْ خَلَقَ لَكُمْ مَا فِي اْلأَرْضِ جَمِيْعًا ثُمَّ اسْتَوَى إِلَى السَّمَاءِ فَسَوَّاهُنَّ سَبْعَ سَمَوَاتٍ وَهُوَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ. (البقرة : 29)

Artinya:        “Dia-lah Alah yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu sekalian dan Dia berkehendak (menciptakan) langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit. Dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu” (QS. Al-Baqarah (2): 29).
Sekalipun kesenangan dan kebahagiaan hidup itu sejak awal penciptaan manusia telah diizinkan oleh Allah, tetapi Allah mengingatkan agar kesenangan itu jangan sampai membuat manusia lupa diri, yang mengakibatkan manusia tergelincir dalam kesesatan dan dosa. Hal itu dapat kita pahami dari peringatan Allah kepada Nabi Hud dan umatnya yang menjadi pelajaran bagi kita semua sebagaimana difirmankan oleh Allah:
قِيْلَ يَانُوْحُ اهْبِطْ بِسَلاَمٍ مِنَّا وَبَرَكَاتٍ عَلَيْكَ وَعَلَى أُمَمٍ مِمَّنْ مَعَكَ وَأُمَمٌ سَنُمَتِّعُهُمْ ثُمَّ يَمَسُّهُمْ مِنَّا عَذَابٌ أَلِيْمٌ. (هود : 48)
Artinya:      “Difirmankan : “Hai Nuh, turunlah dengan selamat dan sejahtera dan penuh keberkatan dari Kami atasmu dan atas umat‑umat (yang mukmin) dari orang‑orang yang bersamamu. Dan ada (pula) umat‑umat yang Kami beri kesenangan pada mereka (dalam kehidupan dunia), kemudian mereka akan ditimpa azab yang pedih dari Kami”. (QS. Hud (11) : 48).
Tidak sedikit orang yang kelihatan hidupnya taat kepada Allah, kelihatan alim, kekeluargaannya juga baik ketika hidup susah, tetapi begitu hidup senang dia lupa, terpedaya oleh kesenangannya. Fenomena yang monumental dalam kasus tersebut adalah kasus Qarun yang diabadikan dalam QS. 28 (al‑Qashash) : 76‑82. Qarun adalah simbol kekayaan dan kemegahan hidup sehingga kunci bangunannya saja susah dibawa oleh. orang yang perkasa. Tetapi karena kesombongan dan kelalaiannya itulah yang menyebabkan ia mendapat azab dari Allah sehingga ia dan kekayaannya itu hilang ditelan bumi. Sebagaimana firman Allah :

فَخَسَفْنَا بِهِ وَبِدَارِهِ اْلأَرْضَ فَمَا كَانَ لَهُ مِنْ فِئَةٍ يَنْصُرُونَهُ مِنْ دُوْنِ اللهِ وَمَا كَانَ مِنَ الْمُنْتَصِرِيْنَ (81

وَأَصْبَحَ الَّذِيْنَ تَمَنَّوْا مَكَانَهُ بِالْأَمْسِ يَقُوْلُوْنَ وَيْكَأَنَّ اللهَ يَبْسُطُ الرِّزْقَ لِمَنْ يَشَاءُ مِنْ عِبَادِهِ وَيَقْدِرُ لَوْلاَ أَنْ مَنَّ اللهُ عَلَيْنَا لَخَسَفَ بِنَا وَيْكَأَنَّهُ لاَ يُفْلِحُ الْكَافِرُوْنَ (82) القصص

Artinya:        (81)    Maka kami benamkanlah Karun beserta rumahnya ke dalam bumi. Maka tidak ada baginya suatu golonganpun yang menolongnya terhadap azab Allah. Dan tiadalah ia termasuk orang-orang (yang dapat) membela (dirinya).
(82)    Dan jadilah orang-orang yang kemarin menciptakan kedudukan  Karun itu berkata: “Aduhai, benarlah Allah melapangkan rizki bagi siapa yang Ia kehendaki dari hamba-hamba-Nya dan menyempitkannya, kalau Allah tidak melimpahkan karunia-Nya atas kita benar-benar Dia telah membenamkan kita (pula). Aduhai, benarlah tidak beruntung orang-orang yang mengingkari (nikmat Allah) (QS. Al-Qashash (28); 81-82).
e. Meningkatkan Kemampuan Memanfaatkan Kekayaan Alam
Seorang pekerja bangunan yang kuat dan masih muda, masih memiliki semangat kerja dan daya tahan tubuh tinggi menggali tanah dengan peralatan tradisional untuk  pondasi bangunan dalam satu hari ia hanya mampu menggali beberapa meter kubik, begitu pula pekerja tambang, dan lain‑lain. Ketika para pekerja tersebut menggunakan peralatan berat, ia mampu meningkatkan produktivitas kerja berlipat ganda. Bahkan banyak kekayaan alam yang tidak mungkin dideteksi keberadaannya dan dilakukan eksplorasi tanpa menggunakan teknologi canggih, seperti sumber minyak yang berada di kedalaman ribuan meter atau di dasar laut. Padahal semua itu disediakan oleh Allah untuk kesejahteraan hidup manusia.
Teknologi meningkatkan kemampuan manusia melakukan eksplorasi kekayaan alam tersebut secara optimal. Banyak negara, bangsa yang tidak memiliki kekayaan alam memadai tetapi karena memiliki kemampuan teknologi canggih hidup lebih sejahtera dibandingkan dengan negara, bangsa yang memiliki kekayaan alam melimpah tetapi teknologinya tertinggal. Jepang umpamanya, adalah sebuah negara kecil, yang miskin akan kekayaan alam, tetapi kemajuan teknologinya tinggi, ia lebih kaya dibandingkan dengan Indonesia yang kekayaannya melimpah tetapi tertinggal kemajuan teknologinya dibandingkan dengan Jepang. Masih banyak negara di dunia ini yang kaya seperti Jepang dan yang tertinggal seperti Indonesia.
Eksplorasi kekayaan alam diingatkan oleh Allah agar jangan sampai tak terkontrol sehingga berubah menjadi eksploitasi alam, yang mengakibatkan kerusakan alam, terganggunya keseimbangan lingkungan, karena justru akan mengakibatkan timbulnya malapetaka bagi manusia, seperti banjir,  pencemaran lingkungan, ,dan lain-lain. Dalam firman Allah:

ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيقَهُمْ بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوْا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُوْنَ. (الروم : 41)

Artinya:  Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)” (QS. Ar-Rum (30):41).
Bumi ini Allah ciptakan dengan baik, artinya memiliki kesempurnaan dankeseimbangan sehingga dapat bertahan dan menyediakan berbagai kebutuhan hidup manusia. Karena itu Allah mengingatkan agar pemanfaatan kekayaan alam yang ada di bumi ini jangan sampai mengganggu keseimbangan alam tersebut. Hal itu Allah ingatkan dalam firman-Nya:

وَلاَ تُفْسِدُوْا فِي اْلأَرْضِ بَعْدَ إِصْلاَحِهَا وَادْعُوْهُ خَوْفًا وَطَمَعًا إِنَّ رَحْمَةَ اللهِ قَرِيْبٌ مِنَ الْمُحْسِنِيْنَ. (الأعراف: 56)

Artinya:      “Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya, dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang‑orang yang berbuat baik”. (QS. al‑A’raf (7) : 56).
f.   Menumbuhkan Rasa Syukur Kepada Allah.
Bagi orang beriman, sekecil apapun nikmat yang ia dapatkan dari rezeki halal yang diberikan Allah kepadanya akan melahirkan rasa syukur kepada‑Nya sebagai pemberi nikmat. Apalagi dengan kemajuan teknologi yang mampu melipat‑gandakan nikmat itu kepadanya, maka rasa syukur kepada‑Nya pun juga akan berlipat ganda. Rasa syukur kepada Allah yang paling ringan adalah mengucapkan “alhamdulillahi rabbil ‘alamin “, namun hakikat syukur yang sebenarnya adalah memanfaatkan nikmat itu secara, benar untuk meningkatkan ketakwaannya kepada Allah. Karena itu diperlukan tekad, kesungguhan untuk mewujudkan rasa syukur dalam amal kehidupan secara riil. Allah mengingatkan:

وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيْدَنَّكُمْ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيْدٌ. (إبراهيم : 7)

Artinya:      “Dan (ingatlah) tatakala Tuhanmu memaklumkan “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat‑Ku), maka sesungguhnya azab‑Ku sangat pedih “. QS. Ibrahim (14) : 7).
Sekalipun demikian, memang banyak manusia, bahkan kebanyakan manusia tidak menyadari kalau nikmat itu adalah anugerah Allah sehingga ia tidak mensyukuri nikmat tersebut. Hal ini juga diingatkan oleh Allah dalam firman-Nya:

… إِنَّ اللهَ لَذُوْ فَضْلٍ عَلَى النَّاسِ وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لاَ يَشْكُرُوْنَ. (البقرة : 243)

Artinya:      “Sesungguhnya Allah mempunyai karunia terhadap manusia, tetapi kebanyakan manusia tidak bersyukur” (QS. Al-Baqarah (2): 243).
Teknologi membuat manusia semakin mudah meraih keinginannya, semakin ringan beban hidup yang harus ditanggung, semakin besar hasil yang bisa diperoleh. Kemudahan, keringanan, dan kenikmatan itu tidak mustahil membuat manusia semakin lupa kepada Allah, semakin jauh dari-Nya, apabila tidak disikapi secara cermat dan diiringi dengan iman yang teguh. Karena itu ilmu pengetahuan dan teknologi harus dilandasi oleh iman agar pemanfaatannya terarah untuk meningkatkan kualitas takwanya kepada Allah SWT. (My Articel for Da'wah)

My Story Telling wit the title "Old woman and the fish"

Once upon the time, there lived an old woman, Aminah. She lived in the village near the forest. She is very old, but still she must go to the forest every day. She must collect the stem of wood in the forest and she must sell them in the market.
One day, she went to the forest to find some wood. After collecting the wood, she tried to go home. She must cross the wide river. When she walked in the river, she heard the voice. “ What happened?” asked the woman.
She tried to find the source of the voice. And finally, she found many fish in the river. The river has no water, so the woman could see all fish in the river. She thought she could take the fish and bring home to eat. And she also thought that she could sell the fish in the market. “Oh, I can take the fish and I can enjoy them for my dinner at home, Alhamdulillah..” Said Aminah.
Aminah tried to take the fish, but suddenly, she heard the voice again. In fact, the voice was from the fish. “Oh all fish speak and they all pray to Allah SWT.” Said Aminah
“Ya Allah, please give us raining!...so the river has enough water and we all can live!” said the fish.
They are noisy, pray and pray. Aminah was very surprised.
She always asked to herself why the fish pray to ask raining to the God.
After, sometime, there was heavy raining. All things wet. Aminah’s clothes was also wet. And the river now has much water. 
“Alhamdulillah, now we can swim and live said the fish” said the fish. And all fish swim and live happily in the river.
Aminah was very surprised. And she could learn from the fish. She thought that fish prayed and Allah gave them raining. “I will pray all the night to Allah SWT, because I want to live prosperously” said Aminah..
Finally, Aminah went home and after pray Isya, she always pray and crying. She pray all the time of the night. That’s made her neighbor, Bari was very angry. He said” You are very old. Please be quite. Don’t cry and pray. It is very noise! Stop praying! “said the man..
But Aminah kept on praying. Finally, Bari collected the stone and put them in the sack. While Aminah prayed in the midlle of night, Bari tried to climb Aminah’s house. He climb to the roof. And he fall the sack full of stone and broken glasses. The sack fallen to the old woman. And she cried, “oh…help me…I am sick”. And the neighbor tried to help. 
After, she got recovered, she tried to see in the sack. And she was very surprised, the content of the sack was changed to gold and much money.
“Oh, the God, gives me gold and much money, Alhamdulillah. I have to give to orphan and the poor.”said the Aminah. And she become the rich woman.
Bari, the angry neighbor, tried to do the same as the old woman did. And he tried to pray with the noise the all night. And he Asked his friend Bandi to fall the sack full of stone and broken glasses. But unfortunately, the content of the sack did not change to gold and money. He got sick because of the sack, and the old woman helped him.
Thank you very much.

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More